أَﻋُﻮْﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸَّﻴﻄَﺎﻥِ ﺍﻟﺮَّﺟِﻴْﻢِ
رَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ وَلَٰكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
"Barang
siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan
Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam
beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk
kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar".
Bagi
orang-orang yang telah mendapatkan cahaya hidayah karena telah beriman, lalu
memilih jalan sesat padahal ia mengetahui kebenaran ajaran Allah, menyesakkan dadanya
dengan menyekutukan Allah setelah merasakan ketenangan berada dalam naungan
iman, maka mereka layak mendapatkan kemurkaan Allah. Karena mereka telah
mengetahui hakikat iman, namun kemudian berpaling. Untuk itu Allah menyediakan
azab yang amat menyakitkan di akhirat karena mereka lebih mencintai kehidupan
dunia dan memilihnya daripada kehidupan akhirat. Mereka rela meninggalkan iman,
padahal iman merupakan faktor penting yang bakal menyelamatkan mereka di
akhirat.
Mereka
berpindah agama dan kepercayaan dengan tujuan duniawi sehingga Allah tidak lagi
memberi hidayah atau menetapkan kaki mereka pada jalan dan agama yang benar.
Hati mereka dikunci, sehingga tidak mampu menangkap kejernihan bukti-bukti
Allah.
Al-Aufi
meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ayat ini turun berkaitan dengan Ammar bin Yasir
yang dipaksa untuk mengucapkan kalimat kekafiran. Jika tidak, ia akan dibunuh
seperti kedua orang tuanya. Ammar pun mengikuti kemauan mereka karena terpaksa.
0 komentar:
Posting Komentar