Breaking News
Loading...
Selasa, 16 Februari 2016

KISAH SHOHABIYAT "HAFSHAH R.A"

HAFSHAH R.A.

Perjalalanan kita menyusuri lorong - lorong kehidupan para penghuni surga terus berlanjut, setelah sebelumnya kita menyusuri kehidupan Khadijah r.a dan Aisyah r.a yang begitu mempesona dan menggetarkan jiwa, kali ini kita ikat janji untuk mengunjungi Ummul Mukminin keturunan Al-Faruq Umat Islam, didalam hidupnya kembali menyatu berbagai kebaikan, kemuliaan dan keutamaan, lahir di Jazirah Arab dan dididik dengan Islam, dia adalah Hafshah binti Umar bin Al Khattab, semoga Allah SWT meridhoi beliau dan ayahnya.

Hafshah binti Umar bin Khattab adalah putri seorang laki-laki yang terbaik dan mengetahui hak-hak Allah SWT dan kaum muslimin, Umar bin Khattab r.a dengan seorang ibu yang bernama Zainab binti Mazhun, paman beliau adalah Zaid bin Khatab yang ikut dalam peperangan-peperangan dan meraih syahid pada perang Yamamah, dan paman beliau dari pihak ibu juga seorang sahabat yang mulia yaitu Ustman bin Mazh’un r.a, yang ketika meninggalnya Rasulullah SAW menangis, Utsman adalah orang pertama yang dimakamkan di Baqi. Bibi dari Sayyidah Hafshah r.a adalah Fatimah binti Al Khatab, termasuk orang pertama yang memeluk Islam bersama suaminya Sa’id bin Zaid satu dari sepuluh orang sahabat yang dijamin masuk surga. Dan saudara Sayyidah Hafshah r.a adalah Abdullah bin Umar r.a, sang ahli ibadah, zuhud, bertakwa, wara’, ahlul ilmi. Di lingkungan seperti itulah Sayyidah Hafshah r.a besar, benar-benar sebuah kehidupan harum mewangi aroma surga.

Hafshah r.a dilahirkan pada tahun yang sangat terkenal dalam sejarah orang Quraisy, yaitu ketika Rasullullah SAW memindahkan Hajar Aswad ke tempatnya semula setelah Ka’bah dibangun kembali setelah roboh karena banjir. Pada tahun itu juga dilahirkan Fathimah az-Zahra r.a, putri bungsu Rasulullah SAW dari empat putri, dan kelahirannya disambut gembira oleh beliau. Beberapa hari setelah Fathimah r.a  lahir, lahirlah Hafshah binti Umar bin Khaththab r.a.

Sayyidah Hafshah r.a dibesarkan dengan mewarisi sifat ayahnya, Umar bin Khattab r.a. Dalam soal keberanian, dia berbeda dengan wanita lain. Kepribadiannya kuat dan ucapannya tegas. Aisyah r.a melukiskan bahwa sifat Hafshah r.a sama dengan ayahnya. Kelebihan lain yang dimiliki Hafshah r.a adalah kepandaiannya dalam membaca dan menulis, padahal ketika itu kemampuan tersebut belum lazim dimiliki oleh kaum perempuan. 

Hafshah binti Umar adalah salah seorang istri nabi Muhammad SAW setelah Khadijah binti Khuwailid r.a, Saudah binti Zum'ah r.a, dan Aisyah binti Abu Bakar r.a. Ia seorang janda dari seorang pria bernama Khunais bin Hudhafah al-Sahmiy r.a, yang berjihad di jalan Allah SWT, pernah berhijrah ke Habasyah, kemudian ke Madinah, dan gugur usai dalam Perang Badar karena luka disekujur tubuhnya, Sayyidah Hafshah r.a  menjanda diusia yang masih tergolong belia, Sayyidah Hafshah r.a dirundung duka yang mendalam, namun dibalik itu beliau juga berada dipuncak kebahagiaan karena mendiang suaminya meninggal secara terhormat, luka yang didapatkan dijalan Allah SWT akan menjadi saksi baginya. Setelah Hafshah r.a  menjanda karena ditinggalkan suaminya,  Umar r.a sangat sedih karena anaknya telah menjadi janda pada usia yang sangat muda, sehingga dalam hatinya terbersit niat untuk menikahkan Hafshah r.a  dengan seorang muslim yang sholeh agar hatinya kembali tenang. Untuk itu dia pergi kerumah Abu Bakar r.a dan meminta kesediaannya untuk menikahi putrinya. Akan tetapi Abu Bakar r.a diam, tidak menjawab sedikitpun. Kemudian Umar r.a menemui Utsman bin Affan r.a dan meminta kesediaannya untuk menikahi putrinya. Akan tetapi pada saat itu, Utsman r.a masih berada dalam kesedihan karena istrinya Ruqayah binti Muhammad, baru meninggal. Utsman r.a pun menolak permintaan Umar r.a.

Menghadapi sikap dua sahabatnya, Umar r.a sangat kecewa. Kemudian dia menemui Rasulullah SAW dengan maksud mengadukan sikap kedua sahabatnya itu. Mendengar penuturan Umar r.a, Rasulullah SAW bersabda, ”Hafshah r.a akan menikah dengan seseorang yang lebih baik daripada Utsman r.a  dan Abu Bakar r.a. Utsman r.a pun akan menikah dengan seseorang yang lebih baik daripada Hafshah.” Disinilah Umar r.a mengetahui bahwa Rasulullah SAW yang akan meminang putrinya.

Hafshah r.a hidup bersama dengan istri-istri Rasulullah dan Ummahatul Mukminin yang suci. Di dalam rumah tangga Nubuwwah ada istri selain beliau yakni Saudah r.a dan Aisyah r.a. Maka tatkala ada kecemburuan beliau mendekati Aisyah r.a karena dia lebih pantas dan lebih layak untuk cemburu. Beliau senantiasa mendekati dan mengalah dengan Aisyah r.a mengikuti pesan bapaknya (Umar) yang berkata: “Betapa kerdilnya engkau bila dibanding dengan Aisyah dan betapa kerdilnya ayahmu ini apabila dibandingkan dengan ayahnya.”.

Hafshah r.a dan Aisyah r.a pernah menyusahkan Nabi SAW, maka turunlah ayat : ”Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah SWT, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong untuk menerima kebaikan dan jika kamu berdua bantu membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah SWT adalah pelindungnya dan (begitu pula) Jibril.” (Q.S. at-Tahrim: 4).

Telah diriwayatkan bahwa Nabi SAW telah mentalak sekali untuk Hafshah r.a tatkala Hafshah r.a dianggap menyusahkan Nabi namun beliau rujuk kembali dengan perintah yang dibawa oleh Jibril ‘alaihissalam yang mana dia berkata: “Dia adalah seorang wanita yang rajin shaum, rajin shalat dan dia adalah istrimu di surga.”.

Hafshah r.a melalui hari-hari indah sepanjang hidup bersama sang kekasih SAW, kian hari ilmu, pemahaman dan ketaatannya kepada Allah kian meningkat, bersama istri-istri Nabi SAW yang lain, ia berlomba lomba menggapai ridho beliau. Ia tak pernah lelah membahagiakan dan menyenangkan beliau. Setiap saat, ia selalu berada didekat Nabi SAW, sehingga ia semakin dekat dengan Allah, melalui Rasulullah SAW, ia mempelajari segala amal ketaatan yang mendekatkan diri kepada Allah Azza Wajalla. Kedudukan Hafshah r.a disisi Rasulullah SAW mendapat kedudukan yang tinggi, bahkan kedudukan dimata para istri Rasulullah SAW juga tinggi. Sampai-sampai Ummul mukminin Aisyah r.a berkata : "Diantara istri-istri nabi SAW, dialah yang menyamai kedudukanku.".


Hafsah dikenal akan ilmu, faqih, dan ketakwaannya. Ini merupakan sifat yang menjadikannya tempat mulia di sisi Rasulullah SAW, sampai pada masa Khilafaur Rasyidin, dan khusus pada masa kekhilafahan ayahnya. Dan banyak pendapat dan hukum fikih yang dipulangkan kepadanya. Salah satu pertanyaan yang ditanyakan : "Berapa lama seorang perempuan mampu sabar ditinggalkan suaminya?" Maka berkata Hafsah r.a. : "Enam atau empat bulan.".

Ummul mukminin Hafsah r.a merupakan tempat banyak para sahabat berpulang dalam hal hadits nabawi dan ibadah. Dan Abu Bakar as Shiddiq memilih Hafsah dari para istri Nabi SAW untuk menjaga Al Qur'an yang telah dikumpulkannya.

Hilanglah semua kebahagiaan di rumah yang penuh berkah ketika datang hari dimana Rasulullah SAW wafat. Hafsah r.a menahan kesedihannya di dalam hati atas wafatnya seorang yang merupakan suami dan kekasihnya, serta nabinya. Hafsah r.a menjadi seorang ahli ibadah di masanya.

Hafsah hidup dalam kezuhudannya mendekatkan diri kepada Allah SWT hari demi hari dengan memperbanyak puasa dan qiyamul lail. Karena dia tahu bahwa kekuasaan ayahnya tidak bermanfaat apapun baginya melainkan amalan shalih yang cukup bermanfaat di sisi Allah SWT.

Ummul Mukminin Hafsah r.a memikul amanah Al Quran di atas pundaknya yang merupakan pilihan Abu Bakar r.a untuk menjaga Al Quran yang telah dikumpulkan oleh Zaid bin Tsabit r.a, sampai pada masa Usman bin Affan r.a, kumpulan lembaran-lembaran Al Quran yang ada padanya dikumpulkan dalam satu mushaf.

Belum genap sepuluh hari di bulan sya'ban tahun ke-41 Hijrah Nabawiyah, terdengar berita bahwasanya Ummul Mukminin Hafsah r.a. telah menghadap Allah 'Azza wa jalla menyusul kekasihnya Rasulullah SAW. Dan tersiar kabar ke seluruh penjuru kota Madinah akan wafatnya penjaga Al Qur'an; istri Nabi SAW. Para sahabat mengusung jenazahnya, yang diantara mereka Abu Hurairah r.a. dan Abu Said al Khudri r.a., dishalatkan oleh Marwan bin Hakam yang menjabat sebagai gubernur Madinah, dan dimakamkan di Baqi'. Dan yang menurunkan jenazah ke liang lahat saudaranya Abdullah, 'Ashim, dan ketiga anak saudaranya, Abdullah bin Umar yaitu Salim, Abdullah, dan Hamzah. Saat meninggal dia berusia 63 tahun, dan mewasiatkan harta-hartanya untuk sedekah.

Beginilah perjalanan Ummul Mukminin Hafsah r.a. yang telah menempuh hidup begitu panjang dengan ibadah, usaha, dan pengorbanan. Berangkat menyusul suami, kekasih sekaligus Nabinya di surga. Dan dialah yang dimaksudkan oleh Jibril pada Nabi SAW :

إنها صوامة قؤامة وهي زوجتك في الجنة
 "Dia seorang yang teguh pendirian dan merupakan istrimu di surga."
Semoga Allah SWT meridhainya dan menjadikannya pendamping Rasulullah SAW di surga.

Seperti itulah ibu kita Hafshah r.a. pergi setelah melalui kehidupan panjang penuh dengan ibadah, pemberian, dan pengorbanan. Ibunda kita yang disebut-sebut Abu Nu`aim, “Wanita ahli puasa, shalat malam, selalu menegur nafsu lawwamahnya, Hafshah binti Umar bin Al-Khattab. Ia pewaris lembaran-lembaran yang menyatukan Al Qur`an,” pergi untuk bertemu sang suami , kekasih, dan nabinya, Muhammad di surga Ar-Rahman. Ya, dialah yang disebut Jibril kepada Nabi, “Dia itu ahli puasa dan shalat malam. Dia itu istrimu di surga.”

Semoga Allah SWT meridhai, membuatnya senang, dan mempertemukannya dengan sang Kekasih di surga-Nya, tempat rahmat-Nya berada. Sungguh, Allah SWT Mahakuasa untuk itu.


By : KaOl IHQ

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer