HAFSHAH
R.A.
Perjalalanan kita
menyusuri lorong - lorong kehidupan para penghuni surga terus berlanjut,
setelah sebelumnya kita menyusuri kehidupan Khadijah r.a dan Aisyah r.a yang
begitu mempesona dan menggetarkan jiwa, kali ini kita ikat janji untuk
mengunjungi Ummul Mukminin keturunan Al-Faruq Umat Islam, didalam hidupnya
kembali menyatu berbagai kebaikan, kemuliaan dan keutamaan, lahir di Jazirah
Arab dan dididik dengan Islam, dia adalah Hafshah binti Umar bin Al Khattab,
semoga Allah SWT meridhoi beliau dan ayahnya.
Hafshah binti Umar bin Khattab adalah putri
seorang laki-laki yang terbaik dan mengetahui hak-hak Allah SWT dan kaum
muslimin, Umar bin Khattab r.a dengan seorang ibu yang bernama Zainab binti
Mazhun, paman beliau adalah Zaid bin Khatab yang ikut dalam peperangan-peperangan
dan meraih syahid pada perang Yamamah, dan paman beliau dari pihak ibu juga
seorang sahabat yang mulia yaitu Ustman bin Mazh’un r.a, yang ketika
meninggalnya Rasulullah SAW menangis, Utsman adalah orang pertama yang
dimakamkan di Baqi. Bibi dari Sayyidah Hafshah r.a adalah Fatimah binti Al
Khatab, termasuk orang pertama yang memeluk Islam bersama suaminya Sa’id bin
Zaid satu dari sepuluh orang sahabat yang dijamin masuk surga. Dan saudara
Sayyidah Hafshah r.a adalah Abdullah bin Umar r.a, sang ahli ibadah, zuhud,
bertakwa, wara’, ahlul ilmi. Di lingkungan seperti itulah Sayyidah Hafshah r.a
besar, benar-benar sebuah kehidupan harum mewangi aroma surga.
Hafshah r.a
dilahirkan pada tahun yang sangat terkenal dalam sejarah orang Quraisy, yaitu
ketika Rasullullah SAW memindahkan Hajar Aswad ke tempatnya semula setelah
Ka’bah dibangun kembali setelah roboh karena banjir. Pada tahun itu juga
dilahirkan Fathimah az-Zahra r.a, putri bungsu Rasulullah SAW dari empat putri,
dan kelahirannya disambut gembira oleh beliau. Beberapa hari setelah Fathimah
r.a lahir, lahirlah Hafshah binti Umar
bin Khaththab r.a.
Sayyidah Hafshah r.a dibesarkan dengan mewarisi sifat ayahnya, Umar bin Khattab r.a. Dalam soal keberanian, dia berbeda dengan wanita lain. Kepribadiannya kuat dan ucapannya tegas. Aisyah r.a melukiskan bahwa sifat Hafshah r.a sama dengan ayahnya. Kelebihan lain yang dimiliki Hafshah r.a adalah kepandaiannya dalam membaca dan menulis, padahal ketika itu kemampuan tersebut belum lazim dimiliki oleh kaum perempuan.
Hafshah binti
Umar adalah salah seorang istri nabi Muhammad SAW setelah Khadijah binti
Khuwailid r.a, Saudah binti Zum'ah r.a, dan Aisyah binti Abu Bakar r.a. Ia
seorang janda dari seorang pria bernama Khunais bin Hudhafah al-Sahmiy r.a,
yang berjihad di jalan Allah SWT, pernah berhijrah ke Habasyah, kemudian ke
Madinah, dan gugur usai dalam Perang Badar karena luka disekujur tubuhnya,
Sayyidah Hafshah r.a menjanda diusia
yang masih tergolong belia, Sayyidah Hafshah r.a dirundung duka yang mendalam,
namun dibalik itu beliau juga berada dipuncak kebahagiaan karena mendiang
suaminya meninggal secara terhormat, luka yang didapatkan dijalan Allah SWT
akan menjadi saksi baginya. Setelah Hafshah r.a
menjanda karena ditinggalkan suaminya,
Umar r.a sangat sedih karena anaknya telah menjadi janda pada usia yang
sangat muda, sehingga dalam hatinya terbersit niat untuk menikahkan Hafshah
r.a dengan seorang muslim yang sholeh
agar hatinya kembali tenang. Untuk itu dia pergi kerumah Abu Bakar r.a dan
meminta kesediaannya untuk menikahi putrinya. Akan tetapi Abu Bakar r.a diam,
tidak menjawab sedikitpun. Kemudian Umar r.a menemui Utsman bin Affan r.a dan
meminta kesediaannya untuk menikahi putrinya. Akan tetapi pada saat itu, Utsman
r.a masih berada dalam kesedihan karena istrinya Ruqayah binti Muhammad, baru
meninggal. Utsman r.a pun menolak permintaan Umar r.a.
Menghadapi sikap
dua sahabatnya, Umar r.a sangat kecewa. Kemudian dia menemui Rasulullah SAW
dengan maksud mengadukan sikap kedua sahabatnya itu. Mendengar penuturan Umar
r.a, Rasulullah SAW bersabda, ”Hafshah r.a akan menikah dengan seseorang yang
lebih baik daripada Utsman r.a dan Abu
Bakar r.a. Utsman r.a pun akan menikah dengan seseorang yang lebih baik
daripada Hafshah.” Disinilah Umar r.a mengetahui bahwa Rasulullah SAW yang akan
meminang putrinya.
Hafshah r.a hidup
bersama dengan istri-istri Rasulullah dan Ummahatul Mukminin yang suci. Di
dalam rumah tangga Nubuwwah ada istri selain beliau yakni Saudah r.a dan Aisyah
r.a. Maka tatkala ada kecemburuan beliau mendekati Aisyah r.a karena dia lebih
pantas dan lebih layak untuk cemburu. Beliau senantiasa mendekati dan mengalah
dengan Aisyah r.a mengikuti pesan bapaknya (Umar) yang berkata: “Betapa
kerdilnya engkau bila dibanding dengan Aisyah dan betapa kerdilnya ayahmu ini
apabila dibandingkan dengan ayahnya.”.
Hafshah r.a dan
Aisyah r.a pernah menyusahkan Nabi SAW, maka turunlah ayat : ”Jika kamu berdua
bertaubat kepada Allah SWT, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong
untuk menerima kebaikan dan jika kamu berdua bantu membantu menyusahkan Nabi,
maka sesungguhnya Allah SWT adalah pelindungnya dan (begitu pula) Jibril.”
(Q.S. at-Tahrim: 4).
Telah
diriwayatkan bahwa Nabi SAW telah mentalak sekali untuk Hafshah r.a tatkala
Hafshah r.a dianggap menyusahkan Nabi namun beliau rujuk kembali dengan perintah
yang dibawa oleh Jibril ‘alaihissalam yang mana dia berkata: “Dia adalah
seorang wanita yang rajin shaum, rajin shalat dan dia adalah istrimu di
surga.”.
Hafshah r.a
melalui hari-hari indah sepanjang hidup bersama sang kekasih SAW, kian hari
ilmu, pemahaman dan ketaatannya kepada Allah kian meningkat, bersama
istri-istri Nabi SAW yang lain, ia berlomba lomba menggapai ridho beliau. Ia
tak pernah lelah membahagiakan dan menyenangkan beliau. Setiap saat, ia selalu
berada didekat Nabi SAW, sehingga ia semakin dekat dengan Allah, melalui
Rasulullah SAW, ia mempelajari segala amal ketaatan yang mendekatkan diri
kepada Allah Azza Wajalla. Kedudukan Hafshah r.a disisi Rasulullah SAW mendapat
kedudukan yang tinggi, bahkan kedudukan dimata para istri Rasulullah SAW juga
tinggi. Sampai-sampai Ummul mukminin Aisyah r.a berkata : "Diantara
istri-istri nabi SAW, dialah yang menyamai kedudukanku.".
Hafsah dikenal
akan ilmu, faqih, dan ketakwaannya. Ini merupakan sifat yang menjadikannya
tempat mulia di sisi Rasulullah SAW, sampai pada masa Khilafaur Rasyidin, dan
khusus pada masa kekhilafahan ayahnya. Dan banyak pendapat dan hukum fikih yang
dipulangkan kepadanya. Salah satu pertanyaan yang ditanyakan : "Berapa
lama seorang perempuan mampu sabar ditinggalkan suaminya?" Maka berkata
Hafsah r.a. : "Enam atau empat bulan.".
Ummul mukminin
Hafsah r.a merupakan tempat banyak para sahabat berpulang dalam hal hadits
nabawi dan ibadah. Dan Abu Bakar as Shiddiq memilih Hafsah dari para istri Nabi
SAW untuk menjaga Al Qur'an yang telah dikumpulkannya.
Hilanglah semua
kebahagiaan di rumah yang penuh berkah ketika datang hari dimana Rasulullah SAW
wafat. Hafsah r.a menahan kesedihannya di dalam hati atas wafatnya seorang yang
merupakan suami dan kekasihnya, serta nabinya. Hafsah r.a menjadi seorang ahli
ibadah di masanya.
Hafsah hidup
dalam kezuhudannya mendekatkan diri kepada Allah SWT hari demi hari dengan
memperbanyak puasa dan qiyamul lail. Karena dia tahu bahwa kekuasaan ayahnya
tidak bermanfaat apapun baginya melainkan amalan shalih yang cukup bermanfaat
di sisi Allah SWT.
Ummul Mukminin Hafsah r.a memikul amanah Al Quran
di atas pundaknya yang merupakan pilihan Abu Bakar r.a untuk menjaga Al Quran
yang telah dikumpulkan oleh Zaid bin Tsabit r.a, sampai pada masa Usman bin
Affan r.a, kumpulan lembaran-lembaran Al Quran yang ada padanya dikumpulkan
dalam satu mushaf.
Belum genap
sepuluh hari di bulan sya'ban tahun ke-41 Hijrah Nabawiyah, terdengar berita
bahwasanya Ummul Mukminin Hafsah r.a. telah menghadap Allah 'Azza wa jalla
menyusul kekasihnya Rasulullah SAW. Dan tersiar kabar ke seluruh penjuru kota
Madinah akan wafatnya penjaga Al Qur'an; istri Nabi SAW. Para sahabat mengusung
jenazahnya, yang diantara mereka Abu Hurairah r.a. dan Abu Said al Khudri r.a.,
dishalatkan oleh Marwan bin Hakam yang menjabat sebagai gubernur Madinah, dan
dimakamkan di Baqi'. Dan yang menurunkan jenazah ke liang lahat saudaranya
Abdullah, 'Ashim, dan ketiga anak saudaranya, Abdullah bin Umar yaitu Salim,
Abdullah, dan Hamzah. Saat meninggal dia berusia 63 tahun, dan mewasiatkan
harta-hartanya untuk sedekah.
Beginilah
perjalanan Ummul Mukminin Hafsah r.a. yang telah menempuh hidup begitu panjang
dengan ibadah, usaha, dan pengorbanan. Berangkat menyusul suami, kekasih
sekaligus Nabinya di surga. Dan dialah yang dimaksudkan oleh Jibril pada Nabi
SAW :
إنها صوامة قؤامة وهي زوجتك في الجنة
"Dia seorang yang
teguh pendirian dan merupakan istrimu di surga."
Semoga Allah SWT meridhainya dan menjadikannya pendamping
Rasulullah SAW di surga.
Seperti itulah
ibu kita Hafshah r.a. pergi setelah melalui kehidupan panjang penuh dengan
ibadah, pemberian, dan pengorbanan. Ibunda kita yang disebut-sebut Abu Nu`aim,
“Wanita ahli puasa, shalat malam, selalu menegur nafsu lawwamahnya, Hafshah
binti Umar bin Al-Khattab. Ia pewaris lembaran-lembaran yang menyatukan Al
Qur`an,” pergi untuk bertemu sang suami , kekasih, dan nabinya, Muhammad di
surga Ar-Rahman. Ya, dialah yang disebut Jibril kepada Nabi, “Dia itu ahli
puasa dan shalat malam. Dia itu istrimu di surga.”
Semoga Allah SWT
meridhai, membuatnya senang, dan mempertemukannya dengan sang Kekasih di
surga-Nya, tempat rahmat-Nya berada. Sungguh, Allah SWT Mahakuasa untuk itu.
By : KaOl IHQ
0 komentar:
Posting Komentar