Alhamdulillah,
dipekan sebelumnya, pembahasan kita telah sampai pada dakwah secara
terang-terangan bagian 1, yaitu sampai pada pertentangan kaum musyrik dan usaha
mereka menghadang dakwah. Ternyata usaha mereka tidak
berhenti sampai di sana. Mereka menyadari cara-cara sebelumnya tidak efektif,
kemudian mereka mulai menyerang, mengganggu Rasulullah SAW, menyiksa
orang-orang yang masuk Islam, dan menghadangnya dengan berbagai cara.
Beberapa
gangguan yang diberikan kepada Rasulullah SAW diantaranya : Dilempari batu oleh
Abu Lahab, Dilempar isi perut domba selagi shalat, diludahi oleh Uqbah, dan
masih banyak lagi gangguan yang diberikan. Gangguan dan siksaan itu tidak
berarti bagi Rasulullah SAW. Tetapi bagi orang muslim, terutama yang lemah,
semua itu terasa sangat berat.
Saat
Abu Jahal mendengar seseorang masuk Islam maka dia memperingatkan,
menakut-nakuti, menjanjikan sejumlah uang dan kedudukan jika orang tersebut
dari kalangan terpandang. Namun dia akan memberikan serangan dan pukulan jika
berasal dari kalangan awam dan lemah. Semakin hari, semakin banyak orang-orang
yang disiksa karena masuk Islam. Siapapun yang masuk Islam, pasti akan mendapat
perlakuan tersebut.
Langkah
bijaksana yang diambil Rasulullah SAW untuk menghadapi tekanan itu adalah
dengan melarang umat muslim untuk menampakkan keislaman, ibadah, dakwah, dan
pertemuan mereka. Karena jika tidak, memungkinkan terjadinya bentrokan fisik
yang berlarut-larut dan akan menghancurkan orang-orang muslim sendiri. Tetapi
Rasulullah SAW tetap menampakkan dakwah dan ibadahnya di tengah orang-orang
musyrik, dan sama sekali tidak mengurangi aktivitas tersebut.
Dalam
kondisi itu, turun surat Al-Kahfi sebagai sanggahan terhadap berbagai
pertanyaan dari kaum musyrik kepada Nabi SAW. Surat ini berisi 3 kisah,
diantaranya:
1⃣ Ashabul Kahfi yang diberi
petunjuk untuk hijrah dari pusat kekufuran dan permusuhan karena dikhawatirkan
mendatangkan cobaan terhadap agama. (Al-Kahfi ayat 16).
2⃣ Kisah Khidhr dan Musa
yang terdapat isyarat bahwa usaha memerangi orang-orang muslim bisa membalikkan
kenyataan secara total.
3⃣ Kisah Dzil Qarnain yang
memberikan pengertian bahwa bumi ini milik Allah dan yang layak mewarisi bumi
adalah orang-orang shalih. Setelah itu, turun surat Az-Zumar yang
mengisyaratkan untuk hijrah.
Rasulullah
SAW mengetahui bahwa Ashanah An-Najasyi, raja yang berkuasa di Habasyah adalah
seorang raja yang adil dan tak akan ada orang yang teraniaya di sisinya. Oleh
karena itu beliau memerintahkan beberapa orang untuk hijrah ke sana. Tepat pada
bulan Rajab tahun kelima setelah Nubuwah, sekelompok sahabat hijrah pertama
kali ke Habasyah, terdiri dari 12 orang laki-laki dan 4 orang wanita, yang
dipimpin Utsman bin Affan.
Pada
bulan Ramadhan di tahun yang sama, Nabi SAW keluar dari Masjidil-Haram, saat
itu para pemuka dan pembesar Quraisy berkumpul di sana. Beliau berdiri di
hadapan mereka, lalu membacakan surat An-Najm. Mereka terpesona dan menyimak
isinya dan semua orang khidmat mendengarnya. Tatkala beliau membaca penutup
surat ini, hati mereka serasa terbang. Akhirnya beliau membaca ayat terakhir
yang artinya, "Maka sujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia)."
Mereka pun sujud. Sinar-sinar kebenaran telah masuk kedalam hati mereka hingga
tak mampu menahan diri untuk sujud. Setelah itu, mereka yang sujud mendapat
cercaan dari mereka yang tidak ikut sujud. Kemudian mereka yang tidak sujud
berdusta untuk menutup-nutupi sujud tersebut, bahwa Rasulullah menyebutkan
berhala-berhala mereka dengan sanjungan. Bahwa beliau berkata, "Itulah
Gharaniq yang luhur, yang syafaatnya benar-benar diharapkan."
Cerita
tentang Gharabiq dan sujud tersebut didengar oleh orang-orang muhajjirin di
Habasyah, tetapi dengan cerita yang jauh berbeda dari yang sebenarnya, yaitu
tentang orang-orang Quraisy masuk Islam. Oleh karena itu mereka pulang ke
Makkah pada bulan Syawal di tahun yang sama. Ketika hampir mendekati Makkah,
barulah mereka mengetahui apa yang terjadi. Sebagian ada yang kembali ke
Habasyah dan sebagian lagi ada yang pulang ke Makkah secara sembunyi-sembunyi.
Sejak
saat itu, siksaan dan penindasan semakin menjadi. Nabi SAW pun memerintahkan
hijrah ke Habasyah untuk kedua kalinya. Tentu saja hijrah kali ini lebih sulit
dari sebelumnya. Ada sekitar 83 orang laki-laki dan 18 atau 19 orang wanita.
Orang-orang
musyrik meradang jika orang-orang muslim memperoleh tempat yang aman. Kemudian
mereka mengirim Amr bin Al-Ash dan Abdullah bin Abu Rabi'ah, sebelum keduanya
masuk Islam, dengan membawa hadiah untuk
Raja Najasyi dan para uskup. Mereka mendatangi para uskup terlebih dahulu,
membawa hadiah, memberi alasan dan meminta bantuan para uskup untuk mengusir
orang-orang muslim dari sana. Para uskup menyetujui untuk mempengaruhi sang
raja. Barulah mereka menemui raja Najasyi dengan membawa hadiah.
Mereka
melaporkan apa yang terjadi berdasarkan sudut pandang mereka dan diamini oleh
para uskup. Tetapi sang raja merasa perlu meneliti secara detail terkait
masalah ini dan mendengar dari masing-masing pihak. Maka didatangkanlah para
muhajjirin ke hadapannya. Ketika ditanya oleh raja terkait agama yang dibawa
para muhajjirin dan alasan tidak masuk agama-agama lain, Ja'far bin Abu Thalib
sebagai juru bicara kaum muslim menjawab secara jujur dan detail.
Kemudian,
sang raja meminta dibacakan ajaran dari Allah. Lalu Ja'far membacakan surat
Maryam. Sang raja menangis hingga membasahi jenggotnya, begitu pula para uskup.
Raja berkeyakinan bahwa ajaran tersebut dan ajaran yang dibawa Isa benar-benar
keluar dari satu misykat. Kemudian sang raja membolehkan orang-orang muslim
tinggal di daerahnya.
Keesokan
harinya, Amr bin Al-Ash dan Abdullah bin Abu Rabi'ah kembali menemui Raja
Najasyi dan mengatakan bahwa orang-orang muslim menyampaikan perkataan yang
tidak bisa dianggap enteng tentang Isa bin Maryam.
Raja
Najasyi menanyakan pendapat orang-orang muslim tentang Isa, kemudian Ja'far
menjawab, "Kami katakan sesuai apa yang dibawa oleh Nabi kami, bahwa Isa
adalah hamba Allah, Rasul-Nya, roh-Nya, dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada
Maryam, sang perawan suci."
Jawaban
Ja'far memang sesuai dengan yang diyakini Raja Najasyi. lalu orang-orang muslim
aman tinggal di Habasyah.
Siasat
orang-orang musyrik gagal. Mereka berpikir, satu-satunya memuluskan siasat ini
adalah dengan menghentikan dakwah Rasulullah SAW secara mutlak. Jika tidak,
beliau harus dibunuh. Tetapi Abu Thalib senantiasa melindungi beliau dan
orang-orang muslim.
Para
pemuka Quraisy mendatangi Abu Thalib dan mengancamnya untuk menghentikan Nabi
SAW atau mereka menganggapnya berada dipihak beliau, hingga salah satu dari
kedua belah pihak binasa. Ancaman itu cukup menggetarkan Abu Thalib, maka dia
mengirim utusan untuk menemui Rasulullah, mengatakan apa yang sudah terjadi dan
menyarankan beliau untuk menghentikan kegiatan dakwah. Tapi apa jawaban
Rasulullah SAW? Beliau bersabda, "Wahai pamanku, demi Allah, andaikan
mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar
aku meninggalkan agama ini, hingga Allah memenangkannya atau aku ikut binasa
karenanya, maka aku tidak akan meninggalkannya." Mendengar hal itu, Abu
Thalib mengucurkan air mata dan kembali mendukung serta melindungi beliau.
Rasulullah kembali melanjutkan aktivitas seperti biasa.
Merasa
gagal dengan ancaman sebelumnya, orang-orang Quraisy kembali mendatangi Abu
Thalib dengan membawa Ammarah bin Al-Walid bin Al-Mughirah. Mereka berniat
menukar Nabi SAW dengan pemuda tersebut agar Abu Thalib tidak melindungi
beliau. Dan tentu saja Abu Thalib menolaknya. Setelah orang-orang Quraisy
mengalami kegagalan dalam mempengaruhi Abu Thalib, maka mereka bersikap lebih
keras dan bengis. Bahkan, muncul ide untuk menghabisi Nabi SAW. Namun itu semua
justru membuat posisi Islam semakin kokoh dengan masuknya 2 pahlawan Makkah,
Hamzah bin Abdul-Muthalib dan Umar bin Al-Khaththab.
MasyaAllah...
Apa
yang menjadi alasan mereka masuk Islam dan bagaimana Islam setelah mereka
masuk? Mari kita lanjutkan pembahasannya di pekan depan. InsyaAllah.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
Sumber : Buku “Sirah
Nabawiyah” karangan Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury.
0 komentar:
Posting Komentar