Breaking News
Loading...
Minggu, 28 Februari 2016

SIRAH NABAWIYAH - DAKWAH SECARA TERANG-TERANGAN (PART-2)



Alhamdulillah, dipekan sebelumnya, pembahasan kita telah sampai pada dakwah secara terang-terangan bagian 1, yaitu sampai pada pertentangan kaum musyrik dan usaha mereka menghadang dakwah. Ternyata usaha mereka tidak berhenti sampai di sana. Mereka menyadari cara-cara sebelumnya tidak efektif, kemudian mereka mulai menyerang, mengganggu Rasulullah SAW, menyiksa orang-orang yang masuk Islam, dan menghadangnya dengan berbagai cara.

Beberapa gangguan yang diberikan kepada Rasulullah SAW diantaranya : Dilempari batu oleh Abu Lahab, Dilempar isi perut domba selagi shalat, diludahi oleh Uqbah, dan masih banyak lagi gangguan yang diberikan. Gangguan dan siksaan itu tidak berarti bagi Rasulullah SAW. Tetapi bagi orang muslim, terutama yang lemah, semua itu terasa sangat berat.

Saat Abu Jahal mendengar seseorang masuk Islam maka dia memperingatkan, menakut-nakuti, menjanjikan sejumlah uang dan kedudukan jika orang tersebut dari kalangan terpandang. Namun dia akan memberikan serangan dan pukulan jika berasal dari kalangan awam dan lemah. Semakin hari, semakin banyak orang-orang yang disiksa karena masuk Islam. Siapapun yang masuk Islam, pasti akan mendapat perlakuan tersebut.

Langkah bijaksana yang diambil Rasulullah SAW untuk menghadapi tekanan itu adalah dengan melarang umat muslim untuk menampakkan keislaman, ibadah, dakwah, dan pertemuan mereka. Karena jika tidak, memungkinkan terjadinya bentrokan fisik yang berlarut-larut dan akan menghancurkan orang-orang muslim sendiri. Tetapi Rasulullah SAW tetap menampakkan dakwah dan ibadahnya di tengah orang-orang musyrik, dan sama sekali tidak mengurangi aktivitas tersebut.

Dalam kondisi itu, turun surat Al-Kahfi sebagai sanggahan terhadap berbagai pertanyaan dari kaum musyrik kepada Nabi SAW. Surat ini berisi 3 kisah, diantaranya:

1 Ashabul Kahfi yang diberi petunjuk untuk hijrah dari pusat kekufuran dan permusuhan karena dikhawatirkan mendatangkan cobaan terhadap agama. (Al-Kahfi ayat 16).
2 Kisah Khidhr dan Musa yang terdapat isyarat bahwa usaha memerangi orang-orang muslim bisa membalikkan kenyataan secara total.
3 Kisah Dzil Qarnain yang memberikan pengertian bahwa bumi ini milik Allah dan yang layak mewarisi bumi adalah orang-orang shalih. Setelah itu, turun surat Az-Zumar yang mengisyaratkan untuk hijrah.

Rasulullah SAW mengetahui bahwa Ashanah An-Najasyi, raja yang berkuasa di Habasyah adalah seorang raja yang adil dan tak akan ada orang yang teraniaya di sisinya. Oleh karena itu beliau memerintahkan beberapa orang untuk hijrah ke sana. Tepat pada bulan Rajab tahun kelima setelah Nubuwah, sekelompok sahabat hijrah pertama kali ke Habasyah, terdiri dari 12 orang laki-laki dan 4 orang wanita, yang dipimpin Utsman bin Affan.

Pada bulan Ramadhan di tahun yang sama, Nabi SAW keluar dari Masjidil-Haram, saat itu para pemuka dan pembesar Quraisy berkumpul di sana. Beliau berdiri di hadapan mereka, lalu membacakan surat An-Najm. Mereka terpesona dan menyimak isinya dan semua orang khidmat mendengarnya. Tatkala beliau membaca penutup surat ini, hati mereka serasa terbang. Akhirnya beliau membaca ayat terakhir yang artinya, "Maka sujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia)." Mereka pun sujud. Sinar-sinar kebenaran telah masuk kedalam hati mereka hingga tak mampu menahan diri untuk sujud. Setelah itu, mereka yang sujud mendapat cercaan dari mereka yang tidak ikut sujud. Kemudian mereka yang tidak sujud berdusta untuk menutup-nutupi sujud tersebut, bahwa Rasulullah menyebutkan berhala-berhala mereka dengan sanjungan. Bahwa beliau berkata, "Itulah Gharaniq yang luhur, yang syafaatnya benar-benar diharapkan."

Cerita tentang Gharabiq dan sujud tersebut didengar oleh orang-orang muhajjirin di Habasyah, tetapi dengan cerita yang jauh berbeda dari yang sebenarnya, yaitu tentang orang-orang Quraisy masuk Islam. Oleh karena itu mereka pulang ke Makkah pada bulan Syawal di tahun yang sama. Ketika hampir mendekati Makkah, barulah mereka mengetahui apa yang terjadi. Sebagian ada yang kembali ke Habasyah dan sebagian lagi ada yang pulang ke Makkah secara sembunyi-sembunyi.

Sejak saat itu, siksaan dan penindasan semakin menjadi. Nabi SAW pun memerintahkan hijrah ke Habasyah untuk kedua kalinya. Tentu saja hijrah kali ini lebih sulit dari sebelumnya. Ada sekitar 83 orang laki-laki dan 18 atau 19 orang wanita.

Orang-orang musyrik meradang jika orang-orang muslim memperoleh tempat yang aman. Kemudian mereka mengirim Amr bin Al-Ash dan Abdullah bin Abu Rabi'ah, sebelum keduanya masuk Islam,  dengan membawa hadiah untuk Raja Najasyi dan para uskup. Mereka mendatangi para uskup terlebih dahulu, membawa hadiah, memberi alasan dan meminta bantuan para uskup untuk mengusir orang-orang muslim dari sana. Para uskup menyetujui untuk mempengaruhi sang raja. Barulah mereka menemui raja Najasyi dengan membawa hadiah.

Mereka melaporkan apa yang terjadi berdasarkan sudut pandang mereka dan diamini oleh para uskup. Tetapi sang raja merasa perlu meneliti secara detail terkait masalah ini dan mendengar dari masing-masing pihak. Maka didatangkanlah para muhajjirin ke hadapannya. Ketika ditanya oleh raja terkait agama yang dibawa para muhajjirin dan alasan tidak masuk agama-agama lain, Ja'far bin Abu Thalib sebagai juru bicara kaum muslim menjawab secara jujur dan detail.

Kemudian, sang raja meminta dibacakan ajaran dari Allah. Lalu Ja'far membacakan surat Maryam. Sang raja menangis hingga membasahi jenggotnya, begitu pula para uskup. Raja berkeyakinan bahwa ajaran tersebut dan ajaran yang dibawa Isa benar-benar keluar dari satu misykat. Kemudian sang raja membolehkan orang-orang muslim tinggal di daerahnya.

Keesokan harinya, Amr bin Al-Ash dan Abdullah bin Abu Rabi'ah kembali menemui Raja Najasyi dan mengatakan bahwa orang-orang muslim menyampaikan perkataan yang tidak bisa dianggap enteng tentang Isa bin Maryam.

Raja Najasyi menanyakan pendapat orang-orang muslim tentang Isa, kemudian Ja'far menjawab, "Kami katakan sesuai apa yang dibawa oleh Nabi kami, bahwa Isa adalah hamba Allah, Rasul-Nya, roh-Nya, dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam, sang perawan suci."

Jawaban Ja'far memang sesuai dengan yang diyakini Raja Najasyi. lalu orang-orang muslim aman tinggal di Habasyah.

Siasat orang-orang musyrik gagal. Mereka berpikir, satu-satunya memuluskan siasat ini adalah dengan menghentikan dakwah Rasulullah SAW secara mutlak. Jika tidak, beliau harus dibunuh. Tetapi Abu Thalib senantiasa melindungi beliau dan orang-orang muslim.

Para pemuka Quraisy mendatangi Abu Thalib dan mengancamnya untuk menghentikan Nabi SAW atau mereka menganggapnya berada dipihak beliau, hingga salah satu dari kedua belah pihak binasa. Ancaman itu cukup menggetarkan Abu Thalib, maka dia mengirim utusan untuk menemui Rasulullah, mengatakan apa yang sudah terjadi dan menyarankan beliau untuk menghentikan kegiatan dakwah. Tapi apa jawaban Rasulullah SAW? Beliau bersabda, "Wahai pamanku, demi Allah, andaikan mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan agama ini, hingga Allah memenangkannya atau aku ikut binasa karenanya, maka aku tidak akan meninggalkannya." Mendengar hal itu, Abu Thalib mengucurkan air mata dan kembali mendukung serta melindungi beliau. Rasulullah kembali melanjutkan aktivitas seperti biasa.

Merasa gagal dengan ancaman sebelumnya, orang-orang Quraisy kembali mendatangi Abu Thalib dengan membawa Ammarah bin Al-Walid bin Al-Mughirah. Mereka berniat menukar Nabi SAW dengan pemuda tersebut agar Abu Thalib tidak melindungi beliau. Dan tentu saja Abu Thalib menolaknya. Setelah orang-orang Quraisy mengalami kegagalan dalam mempengaruhi Abu Thalib, maka mereka bersikap lebih keras dan bengis. Bahkan, muncul ide untuk menghabisi Nabi SAW. Namun itu semua justru membuat posisi Islam semakin kokoh dengan masuknya 2 pahlawan Makkah, Hamzah bin Abdul-Muthalib dan Umar bin Al-Khaththab.

MasyaAllah...

Apa yang menjadi alasan mereka masuk Islam dan bagaimana Islam setelah mereka masuk? Mari kita lanjutkan pembahasannya di pekan depan. InsyaAllah.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ


Sumber : Buku “Sirah Nabawiyah” karangan Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer