وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَة
"
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus" (Terjemah Surat Al- Bayyinah Ayat 5 )
Dalam
surat Al Bayyinah tersebut jika kita renungkan dan tadaburi maknanya, kita akan
mendapatkan sebuah seruan yang telah Allah sampaikan, yakni begitu pentingnya
sebuah makna ke-Ikhlasan dalam menjalankan amal ibadah, baikkah itu
sholat, puasa, haji, mencari ilmu, shodaqoh, berbakti kepada org tua, membantu
org lain & amalan-amalan lainya.
Maknanya
ialah diperlukan kemurnian secara totalitas dalam menjalankan setiap
perintah tersebut, hanya semata mata karena Allah semata, bukan karena lainnya.
Syaikh
Sholih Utsaimin berkata dlm Kitab Syarah Riyadusholihin,
ويجب على الإنسان أن يخلص النّية لله في جميع عباداته، وأن لا ينوي بعبادته إلا وجه الله والدار الآخرة
Wajib
bagi seorang insan untuk memurnikan/ikhlaskan niat karena Allah dalam
semua 'amal ibadahnya, dan terlarang bagi manusia berniat dalam ibadahnya kecuali
niat tersebut hanya karena mengharapkan wajah Allah dan orientasi Akhirat"
(Syarah Riyadushalihin jilid I hal 9).
MAKNA IKHLAS
Ikhlas
secara bahasa ialah bersih dari kotoran.
Secara
luas makna ikhlas ialah menginginkan keridhaan Allah dgn melakukan amal dan
membersihkan Amal dari berbagai debu duniawi. Dengan demikian amalnya
tidak tercampuri oleh keinginan-keinginan jiwa yang bersifat sementara, seperti
menginginkan keuntungan materi, kedudukan, harta, ketenaran, tempat di hati
manusia, pujian dari mereka, menghindari cercaan mereka, mengikuti bisikan
nafsu, atau ambisi-ambisi lainnya yang melakukan amal bukan karena Allah.
(Kitab Nadzorot Risalah Ta'alim Hal.128)
Dari
pengertian di atas kita selayaknya hanya mengorientasikan perkataan, perbuatan dan
amal hanya karena Allah ' Azza wajalla dengan mengharapkan keridhoan-Nya, tanpa
memperhatikan keuntungan materi, prestise, popularitas, pangkat, gelar,
kemajuan atau kemunduran. Sehingga dengan begitu kita menjadi hamba Allah yang
"mukhlisun Lahuddiin" yakni hanya karena Nya semua ketaatan amal
ibadah yang kita jalankan.
Ikhlas
tergolong merupakan salah satu bentuk tauhid, yakni Tauhid Uluhiyyah,
yaitu, mengesakan Allah dlm setiap ibadah hanya kepada Nya, dalam
kecintaan, khouf, raja' (harap), tawakal, roghbah (permohonan dengan
kesungguhan), rohbah (perasaan cemas), serta memurnikan ibadah seluruhnya. baik
yang lahir ataupun yang bathin hanya bagi Allah semata, tiada sekutu
baginya.
Ikhlas
adalah buah dan intisari dari iman, seorang bisa dianggap beragama tidak
sempurna jika tidak ikhlas.
Allah
taala berfirman:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
"katakanlah
sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta
alam"
(terjemah
Quran Surat Al-An'am ayat 162).
BUTUH
PERJUANGAN/MUJAHADAH UNTUK MEWUJUDKAN IKHLAS.
Mewujudkan
ikhlas bukanlah pekerjaan yang mudah, sebagaimana anggapan sebagian orang, tapi
ia membutuhkan kesungguhan, kesabaran, mujahadah yang tidak kenal lelah.
Sebagaimana para ulama yang telah meniti jalan kepada Allah menjelaskan
beratnya mewujudkan ikhlas di dalam qolb/hati kecuali orang-orang yang telah
Allah beri taufiq dalam menggapainya.
Imam
Sufyan Tsauri berkata, "Tidaklah aku mengobati sesuatu yang lebih berat dari
pada mengobati niatku, sebab ia senantiasa berbolak balik pada diriku."
(Al majmu' Syarhul Muhadzdzab ( I/ 17).
Karena
itu Rasullah صلى الله عليه و سلم berdoa,
يا مقلب القلوب ، ثبت قلبي على دينك.
"Ya
Allah yang membolak balikkan hati, teguhkanlah hati ku pada AgamaMu".
Yahya
bin Abi katsir berkata, " Belajarlah niat, karena niat lebih penting dari
pada amal" (Jami'ul Ulum wal hikam I/70).
Pernah
ada yang bertanya kepada Suhail, "Apakah yang paling berat bagi nafsu
manusia? Ia menjawab, IKHLAS, karena sebab nafsu tidak pernah memiliki bagian
dari ikhlas" (Jami'ul Ulum wal hikam I/70).
Mutharif
bin Abdullah berkata, "Kebaikan hati tergantung kepada kebaikan amal, dan
kebaikan amal tergantung pada kebaikan hati" (Madariju salikin II/96)
Perkataan
para ulama di atas adalah gambaran bagi kita dalam beratnya menjernihkan hati
untuk ikhlas beribadah. Sehingga setiap amalan ibadah yang kita lakukan
semua terpokok pada dari apa yang kita niatkan, jika benar niat kita maka
selamatnya amalan kita, jika sebaliknya maka rugilah kita.
Bahkan
Rasullah صلى الله عليه و سلم bersabda, bahwa sebuah
amalan itu amat sangat tergantung dari apa yang kita niatkan dlm
beribadah:
Rasullah
صلى الله عليه و سلم bersabda,
إنما الأعمال با النيات و إنما لكل امرئٍ ما نوا
"
sesungguhnya setiap amalan itu tergantung dengan niatnya, sesungguhnya
seseorang akan di balas berdasarkan niatnya" (HR Bukhari dan Muslim ),
"potongan hadits dr kitab Hdts Arbain An-Nawawiyah.
IKHLAS ADALAH SYARAT DI
TERIMANYA AMAL.
Rasullah
صلى الله عليه و سلم bersabda,
إن الله لا يقبل من العمل إلا ما كان له خالصًا و ابتغى به وجهه
"Sesungguhnya
Allah Azzawajalla tidak menerima amal perbuatan kecuali yang ikhlas, dan di
maksudkan (dengan amal perbuatan itu) mencari wajah Allah (HR An-Nasai VI/25)
Dalam
hadits di atas Rasullah صلى الله عليه و سلم menyebutkan bahwa ikhlas
adalah merupakan syarat suatu amalan apakah diterima atau tidaknya.
Di
jelaskan bahwa syarat suatu ibadah dapat di terima ialah:
1.
Ke-Ikhlasan dan lurusnya niat.
2.
Ittiba' Rasul صلى الله عليه و سلم (sesuai sunnah dan
syariat)
Tentang
syarat yang pertama Rasullah صلى الله عليه و سلم bersabda,
إنما الأعمال با النيا ت و إنما لكل امرئٍ ما نوا
"Sesungguhnya
setiap amalan itu tergantung dengan niatnya, sesungguhnya seseorang akan di
balas berdasarkan niatnya" (Fathul Bari 1/15 No.1),
Sedangkan
syarat kedua Rasullah صلى الله عليه و سلم bersabda,
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد
"Barang
siapa membuat perkara baru dalam urusan agama kami, yang tidak ada asalnya maka
perkara tersebut tertolak" (HR Bukhori No.20 dan Muslim No.1718)
Dengan
penjelasan tersebut dapat difahami bahwa setiap amal yang kita lakukan tidak
cukup dari keikhlasan dalam melakukannya, tapi juga harus sesuai dengan
tuntunan dan contoh yang ada dari Rasullah صلى الله عليه و سلم (syariat), begitu juga
sebaliknya setiap amal yang dilakukan tidak akan diterima kecuali dilakukan
dengan ikhlas dan hanya mengharapkan keridhoan Allah Azza Wajalla
Oleh
karena itu ada baiknya kita terus bermujahadah dalam mempelajari ilmu, hadir
pada halaqoh/majelis ilmu yang ada, bertalaqqi dengan para Asatidz dan Masyaikh
sehingga kita memahami Dien ini lebih secara benar, sesuai pemahaman Rasulullah
صلى الله عليه و سلم dan para Sahabat رضي الله عنهم...
Sebagai
pesan "ikhtitam" (penyempurna) dlm makalah yang singkat ini,
berhati-hatilah kita pada ketenaran serta keharuman nama, karena dengan
ketenaran tersebut dapat membahayakan pemilik amal menjadi rusak atau berbelok
dari mengharapkan Ridho Allah Azzawajalla.
Hal
inilah yang menyebabkan para ulama salaf dan orang-orang shaleh sebelum kita
takut akan ketenaran, tipuan pangkat serta keharuman nama, dan juga mereka
memperingatkan murid-muridnya dari hal-hal tersebut.
Ibnu
masud berkata, "Jadilah kalian sumber mata air ilmu, cahaya
petunjuk, yang menetap di rumah-rumah, pelita di waktu malam yang hatinya
selalu baru, dan jadilah kalian orang-orang yang dikenal penduduk langit tetapi
tersembunyi dari penduduk bumi"
Fudhail
Bin Iyadh berkata, "Bila kamu mampu menjadi orang tidak dikenal maka
lakukanlah, sebab apa kerugianmu bila tidak dikenal? Apa kerugianmu bila tidak
dipuji? Dan apa kerugianmu bila kamu menjadi orang yang tercela di hadapan
manusia, tetapi terpuji di hadapan Allah" (Nadzorot Risalah Taalim
Hal 130).
Untuk
itu teruslah kita bermujahadah/bersungguh-sungguh dalam memperbaiki setiap
amalan yang kita lakukan, evaluasi, intropeksi diri, renungilah, baik
pada setiap awal hendak memulai melakukan kebaikan, atau pertengahannya
dalam beramal, dan akhir dalam mengerjakan tersebut, sehingga dengan begitu
kita sudah berusaha menjaga amal sholih kita. Sehingga lelah letih, dan
kepayahan serta kesabaran yang kita laukan dalam beramal mampu membawa
kita menggapai keridhoan Allah azza wajalla.
Berhati-hatilah
terhadap tipu daya syaithan, yang menyebabkan amalan-amalan kita tertolak
karena tidak ikhlas/mengharapkan pujian makhluk atau hancur amalan kita karena
'Ujub (merasa takjub dg kesholihan pribadi sendiri dan bangga dengan
amalan yang dilakukan) wal iyyaadzu billah.
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب
أبو داود الخطاب.
اللهم صلى على نبينا محمد و على آله و اصحابه و سلم...
اخير الدعو انا، عن الحمد لله رب العالمين
Ustadz
Suhendi, Al Hafidz
Maraji:
-
Kitab syarah Riyadushalihin jilid I Imam Nawawi ( syarah: Syaikh Utsaimin)
-
Tafsir Ibnu Katsir ( tahqiq)
-
Kitab Nadzorot Risalah taalim ( Muh Abd Al Khatib )
-
Kitab Tauhid Syaikh Sholih Fauzan - Maqolah Ust. Abd Qodir
0 komentar:
Posting Komentar