Tanya : ❓Apa yang paling tepat
untuk meredam amarah? Katanya emosi itu harus diungkapkan daripada jadi
penyakit hati. Jika iya harus
dikeluarkan, adakah cara yang baik untuk mengeluarkan amarah itu?
Jawab :
بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Jangan
marah!" begitu sabda Rasulullah Shalallahu'alaihi Wassalam dalam sebuah
hadis yang diriwayat kan Imam Bukhari.
Dalam
kehidupan sehari-hari, setiap orang bisa saja marah. Marah adalah sesuatu yang
manusiawi. Lalu apa makna hadis Nabi shalallahu'alaihi wassalam itu?
Yang
dimaksud perkataan Rasulullah Ahalallahu'alaihi Wassalam 'jangan marah' adalah
kita diminta untuk menjauhi sebab-sebab marah dan hendaknya menjauhi sesuatu
yang mengarahkan diri kita kepadanya."
Jadi,
di dalam Agama kita, marah itu tidaklah terlarang, karena itu adalah tabiat
yang tak akan hilang dalam diri manusia. Akan tetapi ketika kita hendak marah
harus berfikir panjang, tepatkah kita untuk marah ini ?
Marah
boleh tetapi harus pada tempatnya. Dan ketika seseorang berhak marah atau layak
untuk marah kemudian ia bisa menjaganya maka inilah yang utama.
Lantas
apa saja yang harus dilakukan seorang Muslim ketika marah?
Hendaknya
seorang Muslim memperhatikan adab-adab yang berkaitan dengan marah. Berikut
adab-adab yang perlu diperhatikan ketika hendak marah :
Pertama,
Jangan
Marah. Kecuali marah karena Allah Subhanahu Wata'ala, karena marah karena Allah
merupakan sesuatu yang disukai dan mendapatkan balasan amal.
Misalnya,
marah ketika menyaksikan perbuatan haram merajalela. Seorang Muslim yang marah
karena hukum Allah diabaikan merupakan contoh marah karena Allah.
Rasulullah
Shalallahu'alaihi Wassalam tak pernah marah karena dirinya, tapi marah karena
Allah Subhanahu wata'ala. Artinya Beliau marah ketika hak-hak Allah atau
hukum-hukum-Nya dilanggar. Nabi Shalallahu'alaihi Wassalam juga tak pernah
dendam, kecuali karena Allah Subhanahu wata'ala.
Kedua,
Berlemah
lembut dan tak marah karena urusan dunia. Suatu kemarahan kerap berujung dengan
pertikaian dan perselisihan yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam dosa
besar dan bisa pula memutuskan silaturahim. Yang jelas hati kita terluka dan
sakit, baik ketika kita dimarahi orang lain ataukah kitanya yang memarahi orang
lain.
Ketiga,
Ingatlah
selalu keagungan dan kekuasaan Allah Subhanahu Wata'ala ketika kita hendak
marah. Ingatlah kekuasaan, perlindungan, keagungan, dan keperkasaan-Nya.
Karena
ketika mengingat kebesaran Allah Subhanahu Wata'ala, maka kemarahan akan bisa
diredam. Bahkan, mungkin tak jadi marah sama sekali. Dan itulah adab paling
bermanfaat yang dapat menolong seseorang untuk berlaku santun (sabar).
Keempat,
Menahan
dan meredam amarah jika telah muncul. Allah Subhanahu Wata'ala menyukai
seseorang yang dapat menahan dan meredam amarahnya yang telah muncul. Allah
ta'ala berfirman,
" … dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memberi maaf orang lain, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat
kebaikan." (QS Ali Imran :134).
Ketika
kemarahan tengah memuncak, hendaknya segera menahan dan meredamnya agar tak
muncul bisikan syetan yang memprofokasi kita untuk berbuat tindakan yamg keji.
Rasulullah
Shalallahu'alaihi Wassalam bersabda yang artinya, "Barang siapa yang dapat
menahan amarahnya, sementara ia dapat meluapkannya, maka Allah akan
memanggilnya di hadapan segenap mahluk. Setelah itu, Allah menyuruhnya memilih
bidadari surga dan menikahkannya dengan siapa yang ia kehendaki." (HR Ahmad).
Kelima,
Berlindung
kepada Allah ketika marah. Nabi Shalallahu'alaihi Wassalam bersabda, "Jika seseorang yang marah
mengucapkan; 'A'uudzu billah (aku berlindung kepada Allah SWT, niscaya akan
reda kemarahannya."
Keenam,
Memilih
diam daripada marah. Rasulullah Shalallahu'alaihi Wassalam bersabda,
"Ajarilah, permudahlah, dan jangan menyusahkan. Apabila salah seorang dari
kalian marah, hendaklah ia diam." (HR Ahmad).
Ketujuh,
Mengubah
posisi tubuh kita ketika kita terpancing amarah.
Mengubah
posisi ketika marah merupakan petunjuk dan perintah Nabi SAW. Nabi
Shalallahu'alaihi Wassalam bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian
marah ketika berdiri, maka hendaklah ia duduk. Apabila marahnya tidak hilang
juga, maka hendaklah ia berbaring." (HR Ahmad).
Kedelapan,
Berwudhu
atau mandi.
Karena
sesungguhnya marah adalah api setan yang dapat mengakibatkan mendidihnya darah
dan terbakarnya urat syaraf. "Maka dari itu, wudhu, mandi atau semisalnya,
apalagi mengunakan air dingin dapat menghilangkan amarah serta gejolak
darah," tuturnya.
Kesembilan,
memberi
maaf dan bersabar. Orang yang marah sudah selayaknya memberikan ampunan kepada
orang yang membuatnya marah.
Allah
Subhanahu Wata'ala memuji para hamba-Nya
"... dan jika mereka marah mereka memberi maaf."
(QS
Asy-Syuura:37).
Sesungguhnya
Nabi Shalallahu'alaihi Wassalam adalah orang yang paling lembut, santun, dan
pemaaf kepada orang yang bersalah. "... dan ia tak membalas kejahatan
dengan kejahatan, namun ia memaafkan dan memberikan ampunan... "
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب
0 komentar:
Posting Komentar