Breaking News
Loading...
Rabu, 02 Maret 2016

Mengapa Harus Memilih Hidup Di Bawah Naungan Al-Qur'an

Dalam pengantar tafsir Fii Dzilaalil Qur'an, Syayyid Quthb menyatakan bahwa, "Dibawah naungan Al Qur'an, aku memandang dari atas. Aku melihat kejahatan menari-nari di muka bumi ini. Aku perhatikan manusia-manusia jahil itu begitu kerdil dalam menghadapi urusan yang sangat sepele."

Aku pandang dengan heran, pengetahuan yang dimiliki manusia-manusia jahil ini tak lebih dari pengetahuan kanak-kanak. Pandangan dan perhatian mereka (layaknya yang dimiliki oleh) anak-anak. Kulihat mereka, aku ibarat seorang dewasa yang sedang melihat permainan anak kecil, aku heran, ada apa dengan manusia ini?

Hiruk pikuk kehidupan manusia tidak akan membingungkan orang-orang yang hidup dibawah naungan Al Qur'an. Seperti seorang yang berdiri ditempat yang tinggi, dia dapat melihat kehidupan di permukaan bumi ini begitu jelas. Dari mana manusia itu beranjak dan kemana pada akhirnya? Ia tidak akan mengagumi apa yang dikagumi kebanyakan manusia. Dalam pandangannya, mereka yang mengagumi dan yang dikagumi sama-sama kerdilnya.

Namun, lihatlah bagaimana seorang yang kaya dan terkenal, yang dengan bangga memamerkan berbagai koleksi mobil mewahnya. Ia merasa istimewa dan pantas dikagumi. Lihatlah pula orang-orang yang ada disekelilingnya, yang tak henti-henti berdecak kagum. Sungguh kasihan. Mereka sebenarnya seperti anak kecil yang terkagum-kagum dengan mainannya. Tetapi mereka tidak tahu apa sebenarnya urusan yang terpenting dalam hidupnya.

Lihatlah bagaimana seorang artis yang setiap hari berjam-jam merias dirinya, menata rambut, memoles kulit dan tubuh, membalutnya dengan dengan kain, yang justru menampakkan perhiasannya yang seharusnya tersembunyi. Mereka berlenggak lenggok meminta perhatian. Tetapi sungguh Malang nasibnya. Betapa murahnya ia menghargai dirinya. Para pengagumnya pun hanya melihatnya sekedar sebagai benda atau barang yang bernyawa.

Lihatlah perilaku para politikus busuk yang setiap hari sibuk merancang tipu daya. Hari ini merangkul kawan dan menjatuhkan lawan. Besok bersengkongkol dengan lawan untuk mengkhianati kawan. Mereka masak kusuk membisikkan tawaran, berjual beli kepentingan. Mereka mempermainkan amanah dengan dalih memperjuangkan kebenaran. Mereka menciptakan kegaduhan politik untuk mencuri ditengah keramaian. Tetapi sungguh celaka. Karena mereka sedang menipu dan menjerat dirinya sendiri. Mereka menukar hukuman yang ringan di dunia dengan hukuman yang teramat pedih di akhirat. Bisakah mereka melepas dari pengadilan Allah Subhanahu wa Ta'ala?

Begitulah kebanyakan manusia hidup dengan menipu diri. Mereka menjerumuskan diri dalam kebingungan dan kehampaan, mengukur harga diri dengan sesuatu yang teramat sepele dibandingkan akibat yang harus dipertanggung jawabkan.


Oleh karena itu, pilihan hidup Dibawah naungan Al Qur'an adalah mutlak bagi seseorang pencari keselamatan dan kebahagiaan sejati.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer